Oleh Sanditiya Kristian Sugiarto

Hidup tanpa suatu kekurangan apapun adalah suatu anugerah dari Tuhan untuk semua orang. Tak terkecuali anak- anak. Dengan keadaan sempurna tersebut mereka dapat menjalani hari- harinya tanpa hambatan apapun. Mengerjakan tugas, bermain dengan teman sebaya, berangkat sekolah sendiri, dan lain- lain. Kegiatan- kegiatan tersebut sangat mudah untuk dilakukan mereka yang tidak memiliki kebutuhan khusus. Namun nampaknya beberapa anak- anak dianugerahi dengan keadaan istimewa. Hal tersebut membuat mereka harus mendapatkan perhatian lebih dari orang tua dan keluarganya. Mereka akan mengalami kesulitan melakukan hal- hal tersebut sendiri tanpa adanya perhatian ekatra dari lingkungan sekitarnya. Terdapat banyak jenis kebutuhan khusus yang dialami oleh anak- anak tertentu, salah satunya adalah autisme.

Definisi dari autisme sendiri adalah adalah gangguan perkembangan yang mencakup bidang komunikasi interaksi, serta perilaku yang luas dan berat. Penyebabnya adalah gangguan pada perkembangan susunan syaraf pusat yang menyebabkan terganggunya fungsi otak (Indiarti MT 2007). Autis bisa terjadi pada siapapun, tanpa ada perbedaan status sosial ekonomi, pendidikan, golongan etnis, maupun bangsa. Disisi lain Sari ID 2009 mengemukakan bahwa Autisme berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunia sendiri. Autis diduga akibat kerusakan saraf otak yang bisa muncul karena beberapa faktor, diantaranya: genetic dan faktor lingkungan.

Prevalensi autisme di dunia semakin lama semakin meningkat. Hingga sebelum tahun 2000, prevalensi autisme 2-5 sampai dengan 15-20 per 1.000 kelahiran, 1-2 per 1.000 penduduk dunia. Data ASA ( Autism Society of America) tahun 2000 yaitu 60 per 10.000 kelahiran, dengan jumlah 1 : 250 penduduk. Sementara, data CDC (Centers for Disease Control and Prevention, USA) tahun 2001 yaitu 1 di antara 150 penduduk, dan di beberapa daerah di USA / UK yaitu di antara 100 penduduk. Pada tahun 2012, data CDC menunjukkan bahwa sejumlah 1:88 anak menyandang autisme, dan pada tahun 2014 meningkat 30% yaitu sebanyak 1,5% atau 1 : 68 anak di USA menyandang autisme.

Namun di Indonesia sendiri tidak terdapat data pasti tentang penderita autisme. Menurut Dokter Rudy, yang merujuk pada Incidence dan Prevalence ASD (Autism Spectrum Disorder), terdapat 2 kasus baru per 1000 penduduk per tahun serta 10 kasus per 1000 penduduk (BMJ, 1997). Sedangkan penduduk Indonesia yaitu 237,5 juta dengan laju pertumbuhan penduduk 1,14% (BPS, 2010). Maka diperkirakan penyandang ASD di Indonesia yaitu 2,4 juta orang dengan pertambahan penyandang baru 500 orang/tahun. Begitu banyaknya penderita autisme di Indonesia membuat masyarakat dan juga pemerintah harus memberikan perhatian lebih terhadap hal tersebut. Maka dari itu, kita harus selalu bersyukur atas apapun yang di berikan oleh TUhan kepada kita karena Tuhan tidak pernah memeberikan sesuatu yang buruk kepada kita kecuali hanya kebaikan untuk diri kita sendiri.

 

Referensi:

Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak RepublikIndonesia ( 2018, April 12). HARI PEDULI AUTISME SEDUNIA: KENALI GEJALANYA, PAHAMI KEADAANNYA. Retrieved from www.kemenpppa.go.id: https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1682/hari-peduli-autisme-sedunia-kenali-gejalanya-pahami-keadaannya

Kasran, S. (2003). Autisme : Konsep Yang Sedang Berkembang. J Kedokter Trisakti.

Januari-April 2003, Vol.22 No.1.

Fhaisal, Y., Ismanto H., Yulianti, P. (2014). Meningkatkan Interaksi Sosial Melalui Layanan

Penguasaan Konten Dengan Media Puzzle Pada Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Semarangtahun Pelajaran 2014/2015. Volume 1 Nomor 1, Oktober 2014. Issn 2406-8691.

Dewi, R., Inayatillah., Yullyana, R., (2018). Pengalaman Orangtua Dalam Mengasuh Anak Autis Di Kota Banda Aceh. Psikoislamedia Jurnal Psikologi. Volume 3 Nomor 2, 2018. Issn:2548-4044.