Teacher Burnout
Burnout merupakan salah satu gejala resiko berbahaya pada psikologi seseorang, khususnya pada mereka yang bekerja dengan pelanggan. Ini telah didefinisikan sebagai sindrom psikologis yang muncul sebagai respons berkepanjangan terhadap stres kronis di tempat kerja. Burnout berkembang secara bertahap ketika pekerjaan menjadi tidak menyenangkan, tidak memuaskan, dan tidak menguntungkan. Konsepnya biasanya dibagi menjadi tiga dimensi: kelelahan, kurangnya pencapaian, dan perasaan sinisme terhadap pekerjaan yang dilakoni. Untuk mengetahui penyebab burnout pada guru kita harus mengetahui faktor apa saja yang memengaruhinya. Burnout pada guru tidak hanya menunjukan efek negative pada guru itu sendiri seperti kesehatan mental dan pekerjaan, namun juga menimbulkan efek negative pada prestasi belajar siswa. Faktor yang memengaruhi burnout pada guru yaitu level guru, level siswa serta tingkatan organisasi guru. Selait itu ada juga beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
Faktor lingkungan:
Konflik peran dan ambiguitas:
Administrator sering tidak jelas tentang apa yang sebenarnya diharapkan dari guru, dan banyak guru merasa kewajiban yang tidak diucapkan untuk berbuat lebih banyak.
Beban kerja yang berlebihan: guru ditugaskan untuk melakukan lebih dari yang dapat mereka lakukan selama jam kerja normal
Selait itu, gaji yang rendah juga dapat menimbulkan guru burnout. Pekerjaan yang padat dan tidak sebanding dengan upah yang diterima membuat sebagian besar guru bekerja tidak sepenuh hati
Iklim kelas yang buruk: setiap hari, guru menghadapi siswa yang tidak sopan dan berjuang untuk menyeimbangkan manajemen kelas dengan pengajaran
Sedikit dukungan dari atasan dan rekan-rekan: ini tidak terjadi di setiap sekolah dan setiap guru, tetapi ketika ini terjadi, itu dapat membuat seorang guru merasa lelah dan tidak dihargai dengan sangat cepat.
Terkikisnya rasa hormat dan dukungan publik untuk guru: guru sering kali harus melakukan yang terbaik untuk melakukan pekerjaan yang sangat sulit, sementara itu diberitahu oleh publik bahwa siapa pun dapat melakukan pekerjaan mereka, dan bahwa sebagian besar dapat melakukannya lebih baik daripada mereka; ini sangat demoralisasi
Tuntutan yang meningkat dengan penurunan dana secara simultan: karena sekolah menghadapi pemotongan anggaran yang semakin banyak, guru semakin diminta untuk berbuat lebih banyak dengan lebih sedikit
Cara Menghindari Kejenuhan Guru
Jelas, kelelahan guru adalah masalah multifaset, dan tidak ada satu solusi tunggal. Berikut adalah beberapa cara untuk menyerang masalah dari berbagai sudut.
Rayakan Prestasi Guru
Banyak fokus ditempatkan pada siswa, memang seharusnya begitu, tetapi guru sering merasa diremehkan karena mereka adalah alasan siswa telah mencapai apa yang mereka miliki. Bahkan isyarat sederhana seperti email cepat untuk memberi tahu seorang guru betapa hebatnya pekerjaan yang dia lakukan kemarin bisa sangat membantu guru merasa dihargai.
Meringankan beban
Begitu banyak guru yang kehabisan tenaga karena mereka telah diremehkan begitu lama, dan mereka tidak bisa melakukannya lagi. Administrator dapat bekerja untuk mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan guru untuk mengajar, mengurangi jumlah siswa yang menjadi tanggung jawab guru, menambah waktu perencanaan, memberi guru lebih banyak waktu istirahat, dan fleksibel dengan jadwal.
Rencanakan Kegiatan Komunitas
Kelelahan guru dapat dikurangi ketika guru merasa memiliki, tetapi ini sulit dilakukan oleh guru tahun pertama atau kedua. Meskipun guru bersama siswa setiap hari, itu bisa menjadi profesi yang sepi. Ketika guru meluangkan waktu untuk berkumpul dan melampiaskan, mengikat, dan hanya berbicara, mereka sering menyadari bahwa mereka bukan satu-satunya yang berjuang dengan siswa atau kelompok siswa tertentu. Hal ini saja dapat membuat pekerjaan menjadi lebih tidak terisolasi, dan dapat memberikan kepercayaan diri kepada guru baru ketika mereka menyadari bahwa bahkan guru tetap pun harus berjuang.
Kegiatan community building bisa hanya untuk fakultas, tetapi bisa juga untuk seluruh sekolah. Pengalaman bersama membuat orang merasa terhubung. Kegiatan seperti pertemuan, aksi unjuk rasa, hari semangat, pertunjukan bakat, dll. dapat membantu membangun moral dan komunitas yang mengangkat iklim sekolah secara keseluruhan.
Leave A Comment