Sebagai seorang pendidik dan pembimbing, peran guru sangatlah sentral dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Bagai pribahasa “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, apa yang ditularkan oleh guru kepada siswa-siswanya menjadi tanggungjawab moral besar untuk kehidupan mereka kelak. Meskipun total waktu yang dihabiskan anak dengan guru jauh lebih sedikit dibandingkan waktu yang dihabiskannya dengan orangtua atau kerabat mereka, tetap saja, bagaimana anak itu “menjadi”, sepenuhnya akan dipertanggungkan pada pundak guru-guru mereka.
Dapat dikatakan bahwasanya tugas guru amatlah mulia, bagaimana tidak? merekalah yang ada dibalik punggung orang-orang seperti Stepehen Hawking, Barack Obama, Martin Luther King, Aristoteles, Issac Newton, dan masih banyak lagi. Di sisi lain, tugas ini juga ternyata memuat beban yang sangat berat, tidak hanya dituntut untuk ahli dalam bidang ilmu tertentu, guru juga diharapkan dapat mentransfer ilmu tersebut dengan “cara” yang tepat agar bisa dikonsumsi dengan baik oleh semua siswanya.
Di kehidupan modern, mengajar merupakan aktivitas yang kompleks. Ia melibatkan aktivitas persiapan dan perencanaan yang seksama, sasaran-sasaran yang ingin dicapai, aktivitas dan inovasi di tiap jam, hari, dan minggu, hingga tugas administrasi lain yang perlu diselesaikan. Maka tak jarang, stress akan menjadi sahabat utama para guru. Kondisi ini tentu saja akan mempengaruhi kinerja dalam mengajar.
“Manusia hanya bisa berencana, sisanya mood yang menentukan“, kurang lebih begitulah plesetan humor yang sedang trend di media sosial belakangan ini. Humor ini terkait dengan bagaimana manusia modern sangatlah bergantung pada mood dalam melakukan aktivitasnya. Begitu juga dengan guru, ketika perasaan hati sudah terasa berat atau terganggu sejak awal, bisa dipastikan perencanaan pembelajaran yang sudah disusun sangat lama akan buyar begitu saja.
Maka dari itu, kesehatan mental sangat penting dimiliki oleh para guru. Dengan stabilitas mental yang terjaga, guru akan dapat memotivasi siswa-siswanya dalam kegiatan belajar dengan baik. Ingat, mengajar tidak hanya mentransfer ilmu, tapi juga energi! Semakin banyak energi baik yang ditularkan oleh guru kepada siswanya, maka semakin menyenangkan atmosfer pembelajaran akan berlangsung.
Terkadang hari memang bisa menjadi sangat melelahkan bagi para guru, tetapi celetukan-celetukan dari siswa yang tidak terduga ternyata benar-benar ampuh menjadi obat penenang. Satu waktu, seorang siswa tiba-tiba menceritakan mengenai nama kucingnya yang lucu, menunjukan hewan peliharannya yang ternyata seekor katak, bercerita tentang film apa yang mereka sukai, atau sekedar mengadu mengenai adiknya yang nakal. Hal-hal kecil seperti itu yang justru menjadi setitik semangat bagi guru untuk mereka tetap bangun pagi diesok hari, mengambil seragam, dan datang kembali ke sekolah.
Leave A Comment