Moral Dilemma

Moral, begitulah sebutan untuk sebuah tindakan yang dianggap benar, nilai atau norma yang berlaku dalam lingkungan sosial. Sejak kecil mungkin semua orang diajarkan untuk bertindak sesuai dengan moral dan nilai-nilai kebaikan. Namun terjadinya degradasi moral tidak bisa dikelakan. Normalisasi akan perbuatan buruk yang dianggap baik kian terjadi dan menjamur dalam masyarakat. Contoh saja integritas yang dimiliki oleh seorang siswa saat melakukan ulangan. Dahulu, anak-anak akan bersaing dengan sehat dan inggin menunjukan kemampuannya sendiri untuk menyelesaikan ulangan. Integritas yang tinggi dari anak-anak ini akan menghasilkan sumber daya manusia yang unggul. Namun seperti apa yang kita saksikan saat ini, integritas anak-anak sangat rendah. Bahkan budaya mencontek menjadi ternormalisasi. Siswa yang dianggap pintar dan tidak mau membagikan jawaban akan dimusuhi oleh teman-temannya. Sangat bertolak belakang dengan apa yang terjadi dahulu.

Dilemma moral terjadi dalam kehidupan masyarakat karena masyarakat tidak bisa membedakan bias perbuatan baik dan buruk. Yang kita lihat dalam masyarakat adalah ketika perbuatan buruk dilakukan bersama-sama dan lambat laun hal tersebut akan ternormalisasi menjadi perbuatan yang wajar bahkan perbuatan yang baik. Kasus lain dilemma moral adalah dengan membiarkan anak-anak usia dini mengakses semua konten yang ada internet tanpa pengawasan orang tua. Tentu hal ini akan berimbas pada perkembangan moral anak tersebut. Anak seperti sebuah spons, sangat cepat untuk menyerap hal-hal yang ia tangkap. Bila ia memperoleh hal yang positif, maka perkembangan moral anak-anak akan menjadi baik. Begitupun sebaliknya bila seorang anak memperoleh hal negative maka akan berdampak pada degradasi moral pada akan tersebut. Kasus baru-baru ini yang terjadi di desa Tejakula, Buleleng menunjukan kita bahsa degradasi moral atau normalisasi tindakan buruk sangat terjadi nyata. Bayangkan seorang siswi berumur 12 tanpa pengawasan orang tua dan lingkungan sekitar dapat terjerumus dalam perilaku seks bebas. Hal yang paling mendasar adalah pengawasan orang-orang terdekat anak yang berkaitan dengan tingkahlaku yang dilakukannya. Sebagai orang yang dekat dengan anak, kita wajib mengarahkan mereka agar tidak sampai jatuh ke jalan yang salah.