Menghitung Masa Depan
By. I Gede Saman
Masa depan sebenarnya tidak usah dihitung. Jalani saja penuh dengan kesungguhan hati. Nikmati setiap prosesnya dengan cinta. Mengeluh bukanlah jalan atau penerang masalah. Tapi akan menambah masalah. Hal yang bisa kita lakukan apabila kita mendapatkan masalah adalah dengan cara mensyukuri dan menikmati setiap proses dari permasalahan tersebut.
Tak jauh berbeda halnya dengan perjalanan kehidupan di kelas. Sebagai seorang guru, kita berkewajiban menjalani kewajiban kita untuk mendidik peserta didik dengan baik penuh kejujuran hati dan cinta kasih. Tantangan apapun yang menghalangi, kita harus tetap mendidik. Anak-anak pun sama seharusnya, seberat apapun materi pelajaran yang dihadapi harus dilewati dengan kesunguhan hati dalam belajar. Hari ini anugerah Tuhan yang luar biasa dan hari esok misteri Tuhan yang maha tersembunyi. Namun jangan lupa sama sejarah. Seperti hari ini kami di kelas 4 belajar computing dengan indikator “Able to make 10 Arithmetic operations using operator commands MSW Logo”, di fenomena kita membahas sejarah “HOW TO USE AND ABACUS”, meskipun kini anak-anak kita tidak menggunakan abacus untuk menghitung, namun tetap kita harus perkenalkan bentuk dan cara menggunakan abacus tersebut. Dengan tujuan sejarah tetaplah harus menjadi landasan yang lebih baik kedepannya.
Ketika keberagaman hati dan pemikiran membuat semuanya indah, tatkala itu pula masalah seakan berlari dari ujung kisah nonfiksi dalam kehidupan ini. Kehiduan ini bukan hayalan tapi cerita sungguhan yang harus dijalani penuh dengan keberagaman, baik keberagaman sosial, agama, maupun permasalahan dalam kehidupan.
Menghitung masa depan bukanlah solusi, tapi berusaha menggapai masa depan adalah hal yang hakiki yang harus dilewati. Pada intinya kehidupan ini adalah sebuah teks nonfiksi dalam keberagaman sosial masyarakat. Sehingga harus dijalani dengan penuh cinta dan kesungguhan hati.
Leave A Comment