Mencapai Keharmonisan Hidup

By. I Gede Saman, 23-02-2021

 

Setiap insan dimuka bumi ini, pastilah menginginkan hidup yang harmonis. Ingin hidup yang nyaman, tenang, bahagia dan banyak uang. Namun kenyataan kehidupan berbanding terbalik dengan teori. Teori harmonis atau keluarga harmonis menurut Gunarsa (2000:31) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan keluarga harmonis adalah bilamana seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekecewaan dan menerima seluruh keadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi, aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental dan sosial.

Teori yang di sampaikan oleh Gunarsa luar biasa. Namun tak seindah teori di atas kertas. Kenyataannya di atas tanah berbeda dengan di atas kertas. Di atas kertas, teori harmonis atau kehidupan harmonis bertebaran di kertas bercoretan tinta hitam, biru bahkan merah dengan rangkaian coretan nan indah mempesona. Namun di atas tanah, semua itu semu. Banyak yang tidak harmonis. Jangankan dengan sesama, dengan diri sendiri saja tidak harmonis. Ini terlihat dalam indikator pembelajaran PPKn kelas 5 tentang keberagaman sosial budaya. Bagaimana caranya mewujudkan rasa mencintai keberagaman sosial kalau kita tidak bisa harmonis dengan diri kita sendiri.

Membangkitkan rasa harmonis dalam diri bisa dimulai dengan melafalkan atau melantunkan ayat-ayat suci yang terdapat dalam kitab suci masing-masing agama. Semisal dalam agama Hindu, hendaknyalah kita mulai melantunkan sloka-sloka dalam Bhagavad Gita dan sloka-sloka lainya untuk membuat hidup kita lebih tenang. Ketenangan tesebutlah membuat hidup kita akan mulai perlahan merasa harmonis. Disamping harus berani menerima kekurangan dan kelebihan diri. Sebagai wujud rasa syukur kita kehadapan Sang Pencipta.

Selain itu, lantunan musik pun bisa membantu kita untuk lebih tenang. Musik bisa membantu kita lebih tenang. Akibat ketegangan urat leher, membuat hidup kita seperti seekor kuda diikat dan dipaksa menarik pelana dan kereta. Akibatnya si kuda lemas dan mulailah tidak harmonis dengan dirinya, akhirnya si kuda berlari tak tentu arahnya. Kereta dan si kusir pun terpental dari tempat duduknya.

Begitulah kehidupan kita. Berdamailah dengan diri, lingkungan sekitar dan Hyang Kuasa. Sehingga kehidupan kita akan lebih harmonis dengan menerima keberagaman yang ada. Semoga damai dan keharmonisan bisa datang dari segala arah mata angin.