1. PENDAHULUAN

Live-In sudah tak jarang lagi di dengar oleh siswa/siswi Sekolah Cendekia Harapan. Program yang dilaksanakan oleh murid-murid kelas satu Sekolah Menengah Pertama hingga kelas tiga Sekolah Menengah Akhir di Sekolah Cendekia Harapan ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2016. Di awal tahun 2020, program Live-In diadakan untuk murid-murid kelas satu sampai tiga Sekolah Menengah Akhir Cendekia Harapan dari tanggal 26-29 Januari 2020. Lokasi yang kami kunjungi merupakan Desa Celukan Bawang yang berada di Kabupaten Buleleng selama tiga-hari-dua-malam yang dilanjutkan di SMA Negeri 1 Singaraja dan SD Negeri 3 Banjar Jawa selama dua-hari-satu-malam.

Sama seperti Live-In sebelumnya, murid-murid yang mengikuti kegiatan ini melakukan observasi mengenai masalah, budaya, ataupun pokok pembicaraan lain yang akan dibahas dalam karya tulis mereka nantinya. Tak hanya memiliki tujuan untuk mengobservasi, murid-murid ini diajarkan untuk dapat bertahan hidup dalam suatu desa yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Dimana, yang pasti, lingkungan disekitarnya masih sangat awam bagi mereka untuk beradaptasi.

Program ini sangat bermanfaat untuk menambah pengalaman dan pengetahuan. Namun, Live-In kali ini memiliki perbedaan dari yang sebelumnya. Untuk bertahan hidup, tak hanya harus cepat menyesuaikan diri untuk beradaptasi, murid-murid yang mengikuti kegiatan ini harus mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang karena tidak diberikan uang sepeser pun. Tidak diperkenankan juga untuk membawa uang, makanan, maupun charger dari rumah. Meskipun demikian, hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi murid-murid SMA Cendekia Harapan untuk gagal bertahan hidup. Semua murid mendapatkan kesempatan untuk bekerja di Desa Celukan Bawang, apapun itu, untuk mencukupi kebutuhan selama tiga hari.

 

  1. PROFIL DESA

Desa Celukan Bawang merupakan sebuah Desa yang berlokasi di Gerokgak, Buleleng, Bali, Indonesia. Desa ini terletak, kurang lebih, 53 meter di atas permukaan laut. Di dalam desa ini ada 3 Dusun, yaitu Celukan Bawang, Pungkukan, dan Brongbong. Penduduk Desa Celukan Bawang yang tercatat dalam Sensus Penduduk Tahun 2010 berjumlah 4.212 jiwa dengan jumlah laki-laki 2.080 jiwa dan perempuan 2.132 jiwa.

Dibandingkan dengan desa-desa lain yang berada di Kabupaten Buleleng, Desa Celukan Bawang merupakan Desa yang memiliki wilayah tersedikit dengan luas 4,56 km2. Wilayah desa yang paling besar, lebih dari setengah wilayah desa, digunakan sebagai tegalan dengan luas 253 ha. Untuk perkebunan, sejumlah 75,75 ha digunakan. Sedangkan untuk pekarangan, 36 ha digunakan. Sisanya, sejumlah 0,25 ha digunakan sebagai kuburan, 0,1 ha sebagai tambak, 0,4 ha sebagai PLTU, dan sisanya digunakan sebagai jalan, rumah, ataupun yang lainnya.

Berlokasi di ujung utara pulau Bali dan berada di pesisir, Desa Celukan Bawang menjadi tempat yang strategis untuk membangun pelabuhan. Sekitar 0,4 hektoare wilayah Desa Celukan Bawang digunakan sebagai kawasan PLTU. PLTU dibangun di Desa Celukan Bawang dengan harapan meningkatkan perekonomian masyarakat, tapi tidak terlihat adanya perubahan dari perekonomian masyarakat di Celukan Bawang itu sendiri. Setelah ditelusuri lebih dalam, Kepala Desa Celukan Bawang berakhir sebagai tersangka kasus tindak pidana korupsi karena masalah kemiskinan yang masih ada di Desa Celukan Bawang meskipun, seharusnya, masalah tersebut bisa hilang setelah PLTU dibangun. Tertangkapnya Kepala Desa Celukan Bawang ini mengakibatkan Sekretaris Desa harus menggantikan posisi Kepala Desa untuk saat ini karena Celukan Bawang tidak memiliki Wakil Kepala Desa.

Struktur organisasi dan tata kerja di Desa Celukan Bawang dapat dijabarkan sebagai berikut.

Kepala Desa

Muhammad Ashari

 

Sekretaris Desa

Rahman Syah

Kepala Urusan Perencanaan

Kadek Wira Wiyuda

 

Kepala Urusan Tata Usaha

Dan Umum

Haliliyah

Kepala Urusan Perencanaan

Kadek Wira Wiyuda

 

Kepala Urusan Keuangan

Mohammad Isa

Kepala Urusan Perencanaan

Kadek Wira Wiyuda

 

Kepala Urusan Perencanaan

Kadek Wira Wiyuda

 

 

Kepala Urusan Perencanaan

Kadek Wira Wiyuda

 

Kepala Urusan Perencanaan

Kadek Wira Wiyuda

 

Kepala Urusan Perencanaan

Kadek Wira Wiyuda

 

 

 

  1. KEGIATAN LIVE-IN

Untuk bertahan hidup dengan modal nol rupiah, peserta kegitatan Live-In harus mencari pekerjaan. Pekerjaan dilakukan pada hari pertama dan kedua saja karena, pada hari ketiga, peserta sudah memulai perjalanan menuju SMA Negeri 1 Singaraja. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan saat berada di Desa Celukan Bawang adalah penjaga warung, pencuci baju, dan lainnya. Hasil yang diterima dari peserta tidak jauh dari uang, makanan, atau minuman. Hasil yang diterima dugunakan bersama, tidak peduli siapa yang menerimanya setelah bekerja.

Tantangan dan hambatan yang dialami oleh peserta adalah mencari pekerjaan. Tidak banyak pemilik usaha yang menerima pekerja harian tanpa pengalaman. Tanpa bantuan warga desa yang sangat ramah, mungkin para peserta akan kesulitan mendapatkan pekerjaan untuk bertahan hidup. Desa ini dipilih untuk program Live-In, tidak hanya untuk menambah pengalaman bekerja atau bertahan hidup, tapi untuk mengobservasi dan mendapatkan hasil yang berupa tulisan artikel dan laporan juga.

Pada hari pertama, setelah sampai di Desa celukan Bawang, seluruh peserta yang mengikuti kegiatan melakukan kegiatan bersih-bersih di sekitar tempat menginap. Setelah itu, peserta mulai mencari pekerjaan untuk bertahan hidup selama kegiatan ini berjalan. Peserta yang merupakan penulis laporan ini bekerja sebagai penjaga warung. Satu peserta bekerja di warung sate dari jam satu siang hingga jam lima sore dan yang lainnya bekerja di warung nasi campur dari jam satu siang hingga jam setengah lima sore. Pekerjaan yang dilakukan di warung sate adalah menusuk sate, membakar sate, membuat bumbu sate, melayani pembeli, dan juga mencuci piring. Sedangkan pekerjaan yang dilakukan di warung nasi campur adalah melayani pembeli, membungkus nasi, membuat minuman, mencuci piring dan menyapu lantai. Hasil yang diperoleh pada hari pertama di warung sate adalah uang sejumlah Rp 50.000,- dan di warung nasi campur adalah sebungkus nasi dengan uang sejumlah Rp 30.000,-.

Pada hari kedua, pekerjaan yang dilakukan peserta tidak berubah, peserta tetap bekerja di warung masing masing yang sama. Pekerjaan yang dilakukan di kedua warung tetap sama. Waktu kerja di warung sate berawal dari jam satu siang hingga jam delapan malam. Sedangkan pekerjaan di warung nasi campur berawal dari jam satu siang hingga jam empat sore. Untuk hari ini, hasil yang diperoleh di warung sate adalah uang sejumlah Rp 50.000,- dan di warung nasi campur adalah uang sejumlah Rp 15.000,-.

Pada hari ketiga, peserta tidak melakukan pekerjaan apapun karena peserta melakukan perjalanan menuju SMA Negeri 1 Singaraja dan SD Negeri 3 Banjar Jawa. Pada hari keempat yang merupakan hari terakhir, peserta melakukan kegiatan ajar-mengajar dan juga melakukan perlombaan untuk murid-murid SD Negeri 3 Banjar Jawa. Setelah kegiatan tersebut selesai, seluruh peserta memulai perjalanannya kembali ke Sekolah Cendekia Harapan.

Salah satu pembelajaran pada kegiatan Live-In diperoleh saat para peserta mencari pekerjaan. Ternyata, mencari pekerjaan tidak mudah jika peserta tidak memiliki pengalaman untuk pekerjaan tertentu. Sekretaris Desa juga sempat mengatakan bahwa pengalamanlah yang diutamakan dalam desa ini. Berkat keramahan warga desa yang siap membantu, para peserta mampu mendapatkan pekerjaan. Warga desa ini mengajarkan bahwa ramah-tamah tidak hanya kepada sesama yang saling kenal, tetapi juga kepada semua orang meski tidak dikenal sekalipun. Sikap toleransi juga dicerminkan warga Celukan Bawang dengan warga Tinga-Tinga. Meskipun kedua desa ini memiliki mayoritas agama yang berbeda, namun interaksi antar warga berjalan makmur.

 

  1. KESIMPULAN

Memiliki program Live-In di sekolah Cendekia Harapan merupakan suatu hal yang unik. Dapat dikatakan seperti itu karena murid-muridnya, termasuk anak yang kurang mandiri, bisa bertahan hidup tanpa persediaan apapun. Bahkan perlengkapan yang dibawa hanyalah satu tas ransel yang berisikan sandang tanpa pangan. Bahkan mencoba lebih ekstrim lagi, dimana murid-murid tidak memegang uang sepeser pun. Jadi, bisa dilihat murid-murid Cendekia Harapan akan setangguh apa dalam menghadapi kesulitan hidup di masa depan berkat pembelajaran dan pengalaman yang diperoleh melalui program Live-In ini. Bahkan, ada juga anak-anak yang sudah mengikuti kegiatan ini sejak awal program Live-In diadakan. Terhitung sudah lima kali beberapa murid telah berpartisipasi. Menumpuk sudah pengalaman bertahan hidup mereka di tempat asing tanpa charger dan uang.

  1. DAFTAR PUSTAKA

Buleleng, BPS. 2019. “Kecamatan Gerokgak Dalam Angka 2019”. Bali: Percetakan Teleng Indah Singaraja.

Syah, Rahman. 2020. “Sistem Dan Konsep Politik”. Hasil Wawancara Langsung: 26 Januari 2020, Kantor Desa Celukan Bawang.