Astronomi merupakan salah satu cabang ilmu sains yang mempelajari tentang angkasa luar. Ilmu astronomi banyak dikemukakan oleh ahli di beberapa Negara, seperti Yunani, Italia dan lainnya. Beberapa kitab suci juga menjelaskan astronomi berdasarkan sudut pandangnya masing-masing. Dalam kitab suci weda yang dimiliki oleh agama Hindu, ilmu astronomi dikenal dengan nama Jyotisha. Jyotisha (jyotiṣa, dalam Bahasa Hindi, dan dalam Bahasa Inggris: Jyotish) adalah ilmu astrologi dalam Hindu, yang merupakan salah satu bagian dari Wedangga, dan juga dikenal sebagai salah satu ilmu perbintangan kuno yang paling tua, yang memberi pengaruh terhadap ilmu-ilmu perbintangan lainnya di India.

Dikutip dari pendapat Sutarya pada laman baliexpress, Jyotisha adalah Ilmu Astrologi sekaligus Ilmu Astronomi Hindu Kuno. Berasal dari bahasa Sansekerta, yakni Jyoti yang berarti cahaya, dan Ish bermakna Tuhan. Sehingga Jyotisha bermakna Tuhan pengendali cahaya. Jyotisha masuk dalam percabangan Wedangga yang merupakan bagian tubuh dari kitab suci Weda. Pengunaan Jyotisha bisa dilihat juga dalam film bertemakan Hindu, seperti Mahabahrata saat Rsi Jaimini memprediksi hasil perang Mahabharata dengan Marahaja Drestarata dan Maharani Gandari. Penggunaan Jyotisha biasanya untuk penentuan posisi bintang dilakukan oleh para Maharsi terdahulu dengan melakukan pengamatan, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan. Perhitungan Astronomi ini akan menghasilkan waktu kapan sesuatu terjadi, seperti hari raya apa saja yang akan jatuh dari tilem (bulan mati) sampai tilem berikutnya, dan kapan terjadinya gerhana matahari ataupun gerhana bulan.

Perhitungan di Jyotisha menggunakan bumi sebagai patokan, dimana planet lain mengitarinya. Hal ini semata-mata digunakan untuk penyederhanaan perhitungan Astronomi yang dilakukan, sebab dalam Weda  menganut Heliosentris (matahari sebagai pusat tata surya), bukan geosentris (bumi sebagai pusat tata surya), seperti termuat dalam  kitab Sama Weda 121. “Matahari tidak pernah terbenam ataupun terbit, sebab bumi yang berotasi. Pengamatan dari posisi planet, matahari, bulan dan bintang menimbulkan pemaknaan, yang akhirnya menjadi Ilmu Astrologi. Melihat posisi planet dan bintang, para Maharsi pada zaman dahulu bisa memprediksi hadirnya kehancuran, bencana, hadirnya raja baru, dan lain sebagainya