Invictus

Out of the night that covers me
Black as the pit from pole to pole,
I thank whatever gods may be
For my unconquerable soul.

In the fell clutch of circumstance,
I have not winced nor cried aloud.
Under the bludgeonings of chance
My head is bloody, but unbowed.

Beyond this place of wrath and tears
Looms but the Horror of the shade,
And yet the menace of the years
Finds, and shall find, me unafraid.

It matters not how strait the gate,
How charged with punishments the scroll,
I am the master of my fate:
I am the captain of my soul.

Invictus, sebuah puisi yang terus membara, tak terkuasai, tak pudar oleh waktu, seperti janji dalam hati yang akan selalu ditepati. Puisi ini ditulis oleh William Ernest Henley (1849–1903) pada tahun 1875. Saat William Ernest Henley berusia 16 tahun, ia harus menghadapi kenyataan bahwa ia terkena tuberkulosis dan karena komplikasi yang terjadi, kaki kirinya harus diamputasi. Masalah tidak berhenti sampai disitu saja, tetapi ia harus menghadapi masalah yang sama untuk kaki kanannya, setelah berobat ke banyak tempat selama 3 tahun, ia akhirnya bisa menyelamatkan kaki kanannya dengan berbagai operasi. Ini adalah awal mula William Ernest Henley menulis puisi Invictus.

 

Pada tahun 1962 Nelson Mandela berhasil ditahan oleh pemerintah Afrika Selatan setelah beberapa tahun ia memperjuangkan dan melakukan revolusi di Afrika Selatan yang pada tahun-tahun itu masih melakukan praktik rasisme secara terbuka, membedakan hak orang kulit putih dan orang kulit hitam, tekanan yang dirasakan orang kulit hitam sangatlah luar biasa, tentu sebagai orang kulit hitam yang terpelajar, Nelson Mandela ingin merubah ini. Akibatnya ia ditahan dan dipenjara selama kurang lebih 26 tahun dengan penjara yang berbeda-beda dan dengan penyakit yang datang dan pergi seperti tuberkulosis. Tetapi Mandela tidak pernah menyerah dan tidak pernah putus asa, setelah ia keluar dari penjara, ia pun melanjutkan perjuangannya untuk mencapai yang bebas dari rasisme. Nelson Mandela dalam kesendiriannya di penjara dan dalam perjuangannya mendapatkan keadilan di Afrika Selatan, selalu mengingat puisi Invictus dan ini menjadi salah satu motivasinya untuk terus berjuang hingga mendapatkan keadilan bagi seluruh orang kulit hitam di Afrika Selatan.

Dapat kita lihat dari Invictus dan pengalaman dua tokoh yang kita lihat di atas, kekuatan yang sejati, bukan berasal dari bagaimana kita bisa mengalahkan musuh atau menjadi lebih kaya dari semua orang. Tetapi kita melihat bahwa kekuatan yang sesungguhnya datang dari hati dan jiwa kita, bagaimana semua keadaan tidak dapat mengalahkan kita, bagaimana kita bisa tetap tegar dan tidak tunduk pada takdir yang ingin membawa kita ke tempat yang salah. Invictus juga berarti The Unconquered atau yang tak terkuasai, yang tak menyerah. Jadi apapun yang kita hadapi di depan kita, dengan hati yang tak kenal menyerah, meski banyak rintangan dan halangan di depan kita, kita pasti dapat melaluinya.