Ecclesiastes 1:2 “Meaningless! Meaningless!” says the Teacher. “Utterly meaningless! Everything is meaningless.”
Pengkhotbah 1:2 Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.
Kata segala sesuatu pada ayat di atas mengacu pada seluruh kehidupan manusia yang dijalani seorang manusia dari awal hingga sampai pada akhirnya. Kitab Pengkhotbah, adalah salah satu kitab kebijaksanaan pada perjanjian yang yang akan kita lihat lebih dalam lagi pada teks ini. Pengkhotbah menggunakan 2 perspektif dalam penulisannya, perspektif pertama adalah dari sudut pandang penulis dari kitab Pengkhotbah, dan yang kedua adalah dari Pengkhotbah yang mengatakan semua yang terangkum dalam kitab Pengkhotbah, dapat kita lihat pengarang menyebutkan the Teacher pada ayat di atas. Jadi dapat kita lihat bahwa kitab Pengkhotbah tidak ditulis langsung oleh Pengkhotbah, melainkan ditulis oleh orang lain yang mencatat semua perkataan Pengkhotbah dan nanti pada akhirnya, dia juga akan menyimpulkan semua perkataan Pengkhotbah.
Surat Pengkhotbah sangatlah unik dan memiliki sudut pandang yang menarik untuk dilihat. Kalimat pada Pengkhotbah 1:2 di atas akan di ulang sebanyak lebih dari 30 kali dalam 1 kitab ini. Kitab Pengkhotbah mengingat kan kita akan banyak hal.
- Waktu, dalam rentang waktu yang sangat lama, dunia ini sudah ada sebelum kita ada, dan akan terus ada setelah kita sudah tidak ada di dunia ini. Kita akan terlupakan suatu saat nanti, seperti kita melupakan orang orang yang telah mendahului kita. Dan ini masih dalam batasan dunia atau planet bumi saja, kita belum berbicara mengenai seluruh jagad raya.
Ecclesiastes 1:2 “Meaningless! Meaningless!” says the Teacher. “Utterly meaningless! Everything is meaningless.”
- Kematian, apapun yang kita lakukan di dunia ini, menjadi orang bijak, menjadi orang miskin, orang kaya, orang yang jujur, pembohong, pendosa, semua orang akan berakhir sama, semua orang akan menerima kematian pada akhirnya. Pengkhotbah menekankan hal ini berkaitan dengan waktu kita yang terbatas di dunia ini, tidak perduli apapun yang kita lakukan di dunia ini, karir yang baik, kesehatan yang sempurna, waktu yang banyak, semua akan berakhir ketika maut tiba.
Ecclesiastes 1:2 “Meaningless! Meaningless!” says the Teacher. “Utterly meaningless! Everything is meaningless.”
- Random, ketika banyak surat dan banyak hal yang kita lihat dan percaya mengatakan bahwa ada karma di balik segala sesuatu dan jika kita berbuat baik agar kita mendapatkan hal baik juga dalam kehidupan kita, kitab Pengkhotbah mengingatkan kita akan realita yang terkadang sulit kita lihat, bahwa orang yang berbuat baik pun masih mengalami sesuatu yang kita lihat sebagai hal buruk. (untuk memperdalam topik ini, kita harus melihat juga kitab kebijaksanaan Ayub)
Ecclesiastes 1:2 “Meaningless! Meaningless!” says the Teacher. “Utterly meaningless! Everything is meaningless.”
Jadi apakah yang harus kita lakukan? Kita berbuat jahat saja? Tidak usah bekerja keras? Toh waktu kita terbatas dan kita semua akan mati pada akhirnya. Pengkhotbah tidak juga menyarankan demikian, Pengkhotbah setuju pada kitab kebijaksanaan yang sebelumnya yaitu Amsal yang menekankan dan mengajari orang muda untuk hidup dalam hikmat dan kebijaksaan, berbuat baik dan takut akan Tuhan. Pengkhotbah tidak mengatakan dengan hikmat dan kebijaksaan, berbuat baik dan takut akan Tuhan dapat menjamin hidup kita tenang tanpa satu hal buruk pun terjadi. Tetapi Pengkhotbah setuju bahwa itu adalah cara yang baik dan benar untuk hidup.
Sebelum kita masuk kepada kesimpulan akhir dari kitab Pengkhotbah, ada satu hal yang harus kita benarkan bersama-sama dalam kata kesia-siaan pada ayat Pengkhotbah 1:2 atau kata Meaningless pada Ecclesiastes 1:2. Kata ini dalam bahasa aslinya adalah Havel yang bararti asap. Dengan kata ini barulah dapat kita lihat lebih jelas makna yang ingin disampaikan oleh Pengkhotbah. Bukannya dalam semua hidup ini sia-sia, melainkan hidup ini sendiri seperti asap dan enigma yang jika kita lihat padat dan jika kita sentuh dia menghilang, seperti asap.
Ecclesiastes 1:2 “Havel! Havel!” says the Teacher. “Utterly havel! Everything is havel.”
Pada akhirnya kita dapat melihat kesimpulan dari kitab Pengkhotbah, Pengkhotbah menekankan pada bagaimana kita harus bisa menerima segala sesuatu yang datang dan ada di hadapan kita. Kita tidak dapat mengatur bagaimana situasi dan keadaan yang terjadi di sekitar kita, tetapi kita punya kuasa untuk mengatur respon kita terhadap semua itu. Jadi kita tidak perlu khawatir tentang masa depan, nikmatilah momen-momen yang ada dihadapan kita, sinar matahari pagi atau makan bersama keluarga tercinta atau perbincangan dengan teman, hal-hal yang simpel dalam hidup ini, apapun itu, hal baik atau pun hal buruk, karena keduanya merupakan anugerah dari Tuhan. Di akhir kitab Pengkhotbah, penulis menerangkan lagi bahwa, meski hidup ini terkadang seperti asap dan enigma dan kita tidak paham mengapa hal yang terjadi harus terjadi, tetapi suatu saat nanti Tuhan akan membuat semuanya jelas dan mengangkat asap dan enigma yang ada. Tuhan yang akan membawa keadilan untuk semua yang telah kita lakukan.
Leave A Comment