Ayub
Ayub adalah kitab terakhir dalam seri kebijaksanaan atau hikmat dalam perjanjian lama. Kitab Amsal mengajarkan kita akan gaya dan hukum dari dunia dalam sudut pandang hikmat, jika kita berbuat baik maka kita akan mendapatkan kebaikan dan sebaliknya, dunia yang adil. Kitab Pengkhotbah mengajarkan kita bahwa waktu kita dalam dunia ini terbatas, semua orang akan meninggal dan ada segi random dari dunia ini, yang mana meskipun kita sudah berbuat baik sekalipun, kita masih bisa mendapatkan hal yang kita rasa tidak baik. Jika kita lihat sekilas, maka kedua kitab ini bertentangan satu dengan yang lainnya, tetapi pada dasarnya ini adalah bagian-bagian dari sebuah kebenaran besar yang akan kita pelajari, maka sampailah kita pada kitab Ayub, kitab yang akan menjelaskan semua ini.
Kitab Ayub dimulai dengan sebuah kejadian yang unik, di mana Tuhan sedang membangga-bangga kan Ayub kepada Iblis. Tuhan berkata bahwa Ayub adalah orang yang saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Tetapi iblis berargumen bahwa Ayub saleh karena Tuhanlah yang menjaga dia dan segala miliknya, sehingga ia menjadi orang yang saleh. Lalu Tuhan pun memperbolehkan iblis untuk mengambil segala milik Ayub, tetapi iblis tidak berhak menyentuh Ayub itu sendiri. Lalu iblis pun mengambil semua milik kepunyaan Ayub, binatang ternaknya, rumahnya, hartanya, bahkan sampai kepada nyawa anaknya sendiri.Perlu kita mengerti bahwa Ayub adalah orang yang pada zamannya bisa dikatakan kaya raya dan hartanya tidak akan habis sampai beberapa keturunan, dan terlebih lagi, Ayub tidak melakukan apa pun yang layak untuk mendapatkan nasib seperti ini. Di tengah semua kekacauan dan bencana yang melandanya ia tetap memuji Tuhan, tetapi ini tidak berlangsung lama, iblis akhirnya mendapatkan izin dari Tuhan untuk menyentuh Ayub, memberinya penyakit, bahkan hingga ia ditinggalkan oleh istrinya sendiri. Sampai di sini, Ayub mulai mengutuk hari kelahirannya sendiri, kita melihat bagaimana Ayub menjadi sangat putus asa.
Pada ayat ketiga, datang lah 3 teman Ayub yang akan berdebat panjang dengan Ayub, sebanyak 25 ayat akan dihabiskan untuk perdebatan antara Ayub dan 3 orang temannya ini. Temannya berasumsi bahwa Ayub pasti melakukan suatu kesalahan hingga akhirnya ia pantas mendapatkan ganjaran seperti ini, karena di dalam kepercayaan pada zaman tersebut Tuhan dianggap sangat adil dalam memberi upah orang baik dan hukuman kepada orang yang jahat. Tetapi Ayub menyanggah mereka semua dan berkata dia tidak bersalah, kita tahu dari ayat 1 dan 2 bahwa apa yang dikatakan oleh Ayub adalah benar adanya, bahkan Tuhan pun mengakui bahwa Ayub adalah orang yang saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Maka dari perdebatan ini, Ayub mengambil sebuah kesimpulan bahwa Tuhan itu tidak menjalankan dunia berdasarkan keadilan atau lebih parah bahwa Tuhan sendiri sebenarnya tidak adil.
Setelah perdebatan itu, Ayub mengajukan protes kepada Tuhan, perlu kita ketahui bahwa perasaan Ayub saat itu sedang dalam keadaan yang tidak stabil, pada awalnya ia percaya bahwa Tuhan itu adil, tetapi ia tidak dapat mempercayai hal tersebut lagi karena apa yang telah terjadi kepadanya. Maka dalam emosinya, Ayub mengatakan bahwa Tuhan adalah Allah yang tidak adil, mem bully Ayub, bahkan menjadi sutradara dalam semua katidakadilan yang ada di dunia. Tetapi setelah ia mengucapkan kata-kata ini, Ayub menjadi ketakutan sendiri karena ia ingin percaya bahwa Tuhan itu adil, dan pada akhirnya, Ayub menyatakan ketidak bersalahannya dan memaksa Tuhan untuk memberikan penjelasan secara pribadi.
Pada ayat 32 ini, datanglah 1 lagi teman Ayub bernama Elihu yang memiliki asumsi sama seperti teman-teman Ayub yang lain, tetapi memiliki konklusi yang berbeda dari dari teman-teman Ayub yang lain. Konklusi Elihu adalah, penderitaan yang Ayub alami mungkin adalah bagian dari tes yang Tuhan berikan kepada Ayub atau penderitaan tersebut diberikan untuk peringatan terhadap Ayub dari bahaya di masa depan. Elihu juga menekankan pada Ayub bahwa ia salah jika ia ingin menyalahkan Tuhan dan berkata Tuhan tidak adil.
Ayub tidak menanggapi Elihu dan akhirnya pada ayat 38, Tuhan menunjukan diriNya dalam bentuk angin badai. Tuhan membawa Ayub dalam sebuah tur virtual keliling dunia, dan bertanya banyak pertanyaan seperti tahukan Ayub awal mula dunia ini? Apakah Ayub ada di sana ketika Tuhan menciptakan dunia? Apakah Ayub tahu semua rahasia dan cara alam ini bekerja? Tetapi Tuhan menciptakan semua itu dan semua detailnya. Ini semua berkaitan dengan asumsi Ayub dan teman-temannya tentang bagaimana Tuhan menjalankan dunia ini. Di balik dari asumsi itu, Ayub dan teman-temannya berasumsi bahwa mereka tahu bagaimana seharusnya Tuhan menjalankan dunia ini. Tuhan bahkan menawarkan kepada Ayub, apakah Ayub ingin menjalankan dunia ini sehari saja dengan pengetahuannya akan keadilan itu?
Tuhan lalu membawa Ayub melihat 2 binatang yang luar biasa, Behemoth and Leviathan pada terjemahan bahasa Indonesianya diartikan dalam binatang kuda nil dan buaya, tetapi ada yang beranggapan bahwa ini adalah binatang dari dalam legenda. Tuhan mulai mendeskripsikan dan mulai menanyai Ayub, bisakah kau menaklukan 2 binatang ini? 2 binatang ini punyaKu lho, dan semua yang di dunia ini adalah milikKu. Jadi siapa yang berhak menanyai Aku?
Ayub berkata Tuhan tidak adil, tetapi Tuhan menjawab bahwa Ayub tidak memiliki pengetahuan maupun kemampuan yang cukup untuk mengatakan hal tersebut. Ayub meminta penjelasan dari Tuhan, tetapi Tuhan meminta Ayub untuk percaya kepadaNya. Setelah itu Ayub pun bertobat, meminta maaf atas segala kelancangannya dan merendahkan diri di hadapan Tuhan. Lalu Tuhan menjelaskan bagaimana asumsi dari teman-teman Ayub salah dan memuji kejujuran, perjuangan dan terlebih lagi doa dari Ayub. Inilah bagaimana kita harus berdoa, dengan jujur dan berjuang dalam kehidupan, merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Lalu Tuhan mengembalikan semua milik Ayub secara berlimpah-limpah, bukan sebagai imbalan tetapi sebagai tanda kebaikan dari Tuhan. Jadi kitab Ayub pada akhirnya tidak menjawab pertanyaan kenapa orang baik masih mendapati kemalangan dan penderitaan dalam hidupnya. Tetapi kitab Ayub mengajarkan kepada kita untuk dapat PERCAYA kepada Tuhan saat menghadapai penderitaan dari pada kita mencari tahu alasannya. Saat kita mencari alasannya, kita bisa menjadi Ayub yang menyalahkan Tuhan atau seperti teman-teman Ayub yang mengecilkan hikmat Tuhan. Jadi kitab Ayub mengajak kita untuk membawa semua penderitaan kita kepada Tuhan dan PERCAYA bahwa Tuhan benar-benar mencintai kita dan peduli akan kita, terlebih lagi, Tuhan tahu apa yang terbaik untuk kita.
Leave A Comment